Kemenparekraf: Nilai Tambah Industri Ekraf Tembus 55 Persen dari Target 2024
Pada triwulan I-2024, kinerja ekonomi kreatif (ekraf) di Indonesia cukup moncer. Mampu memberikan nilai tambah hingga Rp749,58 triliun. Atau 55,65 persen dari target 2024 sebesar Rp1.347 triliun.
“Semester kedua mudah-mudahan bisa tercapai dan mungkin bisa lebih syukur. Alhamdulillah,” kata Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya dalam “The Weekly Brief With Sandi Uno” di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, dikutip Kamis (15/8/2024).
Dia menjelaskan adanya tiga sektor unggulan yang mujarab menyuntik nilai tambah industri ekraf berupa kuliner, fesyen, dan kriya. Tiga subsektor ini diperoleh dari data Deputi Bidang Kebijakan Strategi Kemenparekraf/Baparekraf yang telah melakukan survei terhadap pelaku ekraf. “Ini yang terkait dengan nilai tambah ekonomi kreatif,” kata Nia.
Tak hanya jago kandang, kata dia, sektor ekraf nasional cukup mendapat tempat di pasar global. Tak main-main, pemerintah menargetkan kontribusi dari ekraf sebesar US$27,53 miliar. Kalau di-rupiahkan sekitar Rp440,5 triliun (kurs Rp16.000/US$).
Berdasarkan data Dirrektorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada semester I-2024, nilai ekspor ekraf tembus US$12,36 miliar (Rp197,8 triliun). Atau naik 4,46 persen ketimbang nilai ekspor ekraf pada semester I-2023, dampak melonjaknya permintaan pasar global terhadap produk kriya dan fesyen ciptaan anak bangsa. “Kalau secara total, untuk ekspor sudah mencapai 44,89 persen,” kata Nia.
Nilai ekspor ekraf berdasarkan komoditas didominasi oleh 4 sektor, yakni fesyen 6.767,62 juta dolar AS, kriya 4.755,79 juta dolar AS, kuliner 829,66 juta dolar AS, dan penerbitan 6,15 juta dolar AS.
“Kalau wisnus (wisatawan nusantara) lebih banyak untuk kuliner karena masyarakat Indonesia ketika jalan-jalan nomor satu cari makanan yang khas, nah beda dengan ekspor, nomor satu adalah fesyen kemudian kriya, kuliner, dan penerbitan,” kata Nia.
Adapun 5 negara besar sebagai tujuan ekspor ekraf adalah Amerika Serikat senilai US$4,1 miliar (Rp65,6 triliun), Swiss US$908,47 juta (Rp14,5 triliun), Jepang US$619,28 juta (Rp9,8 triliun), Hongkong US$582,63 juta (Rp9,3 triliun), dan India US$541,78 juta (Rp8,7 triliun).
“Ini adalah data atau pencapaian yang terkait dengan sektor ekonomi kreatif khususnya dua komponen, yaitu komponen nilai tambah ekonomi kreatif dan komponen ekspor ekonomi kreatif, dari 9 komponen IKU Kemenparekraf,” kata Nia.
Beri Komentar (menggunakan Facebook)